SEBUAH PERISTIWA LANGIT yang menakjubkan bakal terjadi pada
Sabtu malam, 10 Desember 2011, yakni gerhana bulan total. Inilah gerhana bulan
total yang bakal kita saksikan di Indonesia yang takkan terulang dalam dua tahun
ke depan, tepatnya hingga gerhana bulan total 8 Oktober 2014. Hal itu juga
gerhana bulan total terakhir yang seluruh tahapnya dapat kita saksikan secara
utuh dari Indonesia dan takkan terulang lagi hingga 7 tahun ke depan, tepatnya
hingga gerhana bulan total 27 Juli 2018.
Gerhana akan
berlangsung dalam waktu seragam di tiap titik di separo bola bumi yang berada
dalam kondisi malam, meliputi seluruh Asia, Australia, Eropa, Afrika, dan
Amerika Selatan. Namun hanya Asia Tenggara, Australia dan Asia timur yang
berkesempatan menyaksikan seluruh tahapan gerhana dalam waktu sama.
Di wilayah waktu
Indonesia bagian barat (WIB), gerhana berlangsung pukul 18.35-00.28. Namun
tahapan yang bisa kita lihat hanya pada pukul 19.46-23.16. Totalitas gerhana,
yakni tertutupinya bulan sepenuhnya oleh bayang-bayang bumi, berlangsung 50
menit dari pukul 21.07 hingga 21.57. Inilah salah satu gerhana bulan total
dengan durasi panjang, bahkan terpanjang setelah gerhana sejenis pada 16 Juni
2011.
Gerhana Bulan Total akan kembali terjadi di Indonesia akhir pekan ini, tepatnya
hari Sabtu, 10 Desember 2011.
Gerhana bulan terjadi saat bulan
melintas di belakang bumi, sehingga bulan akan masuk ke dalam bayang-bayang
bumi. Berikut perkiraan waktu gerhana dari astronomical almanac:
Jam (wib)
|
Pergerakan Bulan
|
Yang Teramati dari Bumi
|
18.33
|
bulan memsuki
penumbra bumi
|
cahaya bulan
melemah. Jika langit cerah, samar-samar dapat terlihat bayangan gelap di
permukaan bulan.
|
19.45
|
bulan memasuki
umbra bumi
|
bulan tampak
terpotong
|
21.06
|
bulan seluruhnya
masuk ke dalam umbra bumi
|
bulan berwarna
kemerahan
|
21.33
|
bulan berada di
tengah perjalanan melintasi umbra bumi
|
puncak gerhana,
bulan berwarna kemeraha
|
21.57
|
bulan mulai keluar
dari umbra bumi
|
bulan tampak
terpotong
|
23.18
|
bulan seluruhnya
keluar dari umbra bumi
|
bulan tampak bulat
utuh lagi
|
00.29
|
bulan keluar dari
penumbra bumi
|
cahaya bulan terang
seperti purnama pada biasanya
|
Peristiwa gerhana bulan total ini dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia. Tanpa menggunakan alat (teleskop) sekalipun, peristiwa gerhana ini tetap dapat dinikmati. Cukup dengan mencari tempat yang agak lapang agar pandangan ke arah timur tidak terhalang.
Dalam momen gerhana bulan total kali
Observatorium Bosscha mengadakan 3 jenis pengamatan.
- Pengamatan
tertutup
Pengamatan ini dilakukan oleh staf dan
mahasiswa astronomi dan bersifat tertutup.
- Pengamatan
untuk disiarkan melalui web (live streamning)
Tayangan live streaming ini merupakan
salah satu agenda dari jejaring pengamatan hilal. Masyarakat dapat melihat
hasil pengamatan ini melalui situs http://hilal.kominfo.go.id atau
di web bosscha.
- Pengamatan
untuk tamu dan public
Oservatorium Bosscha menyediakan 2
teleskop bagi masyarakat yang ingin menyaksikan gerhana bulan di Observatorium
Bosscha. Teleskop yang disediakan adalah teleskop berdiameter 6 cm dan 11 cm.
Teleskop besar Zeiss tidak digunakan karena tidak cocok untuk mengamati gerhana
bulan. Apabila ingin berkunjung, mohon hubungi bagian pendaftaran di nomor
022-2786001 pada hari dan jam kerja, dengan biaya administrasi Rp. 10.000 per
orang dan kapasitas tempat 200 orang.
Lihat Gerhana Bulan Total pada 10 Desember 2011
Inilah perkiraan waktu gerhana dari astronomical almanac:
pada pukul 18.33 bulan memasuki penumbra bumi akan tampak dari bumi cahaya
bulan melemah. Jika langit cerah, samar-samar dapat terlihat bayangan gelap di
permukaan bulan. Pukul 19.45 bulan memasuki umbra bumi, bulan tampak terpotong,
pukul 21.06 bulan seluruhnya masuk ke dalam umbra bumi, tampak bulan berwarna
kemerahan, pukul 21.33 bulan berada di tengah perjalanan melintasi umbra bumi,
ini puncak gerhana, tampak bulan berwarna kemerahan, pukul 21.57 bulan mulai
keluar dari umbra bumi, bulan tampak terpotong, pukul 23.18 bulan seluruhnya
keluar dari umbra bumi, bulan tampak bulat utuh lagi, dan pukul 00.29 bulan
keluar dari penumbra bumi tampak cahaya bulan terang seperti purnama pada
biasanya.
Peristiwa gerhana
bulan total ini dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia. Tanpa
menggunakan alat (teleskop) sekalipun, peristiwa gerhana ini tetap dapat
dinikmati. Cukup dengan mencari tempat yang agak lapang agar pandangan ke arah
timur tidak terhalang.
Dalam momen gerhana
bulan total kali Observatorium Bosscha selain melakukan pengamatan tertutup
yang dilakukan oleh staf dan mahasiswa astronomi, juga melakukan pengamatan
untuk disiarkan melalui web (live streamning). Tayangan live streaming
ini merupakan salah satu agenda dari jejaring pengamatan hilal. Masyarakat
dapat melihat hasil pengamatan ini melalui situs http://hilal.kominfo.go.id
atau di web bosscha.
Selain itu juga
disediakan pengamatan untuk tamu dan publik disediakan 2 teleskop bagi
masyarakat yang ingin menyaksikan gerhana bulan di Observatorium Bosscha.
Teleskop yang disediakan adalah teleskop berdiameter 6 cm dan 11 cm.
Mengingat gerhana
bulan ini terjadi di musim hujan, cuaca menjadi faktor yang sangat menentukan
apakah gerhana bulan akan dapat terlihat atau tidak. Jika cuaca berawan, tentu
gerhana bulan tidak akan terlihat.(ipg)
Bagi umat Islam, peristiwa gerhana adalah salah
satu kesempatan langka yang di dalamnya sangat dianjurkan melaksanakan ibadah
tersendiri, yakni shalat gerhana bulan. Tuntutan ibadah ini berawal dari
peristiwa Senin pagi, 27 Januari 632 di kota suci Madinah al-Munawwarah. Saat
itu terjadi peristiwa gerhana matahari cincin, yang tampak dari kota suci itu
sebagai gerhana matahari sebagian. Pada saat yang sama Rasulullah SAW sedang
dirundung duka seiring mangkatnya putra satu-satunya, yakni Ibrahim.
Dalam kedukaannya, Rasulullah SAW bersabda jikalau
gerhana hanyalah salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT dan bukanlah
penyebab atas hidup matinya seseorang.
Ilmu pengetahuan terkini mendeduksi ada situasi
kritis tatkala terjadi gerhana, baik bulan maupun matahari. Gerhana secara
khusus atau peristiwa bulan baru dan bulan purnama secara umum menyebabkan baik
bulan ataupun matahari mengenakan gaya pasang surut gravitasinya masing-masing,
atau lebih populer dengan gaya tidal, ke bumi.
Sumber : http://bosscha.itb.ac.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar